PENYERAHAN TUHAN KITA KE BAIT ALLAH

Empat puluh hari setelah kelahiran-Nya, Perawan Suci membawa Putra Ilahinya ke Bait Allah di Yerusalem, sesuai dengan Hukum Taurat, untuk mempersembahkan Dia kepada Allah dan untuk menyucikan dirinya sendiri. “Kuduskanlah bagi-Ku semua anak sulung, semua yang lahir terdahulu dari kandungan orang Israel, baik pada manusia maupun pada hewan; Akulah yang empunya mereka.” (Keluaran 13: 2). “Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seorang perempuan bersalin dan melahirkan anak laki-laki, maka najislah ia selama tujuh hari. Sama seperti pada hari-hari ia bercemar kain ia najis. Dan pada hari yang kedelapan haruslah dikerat daging kulit khatan anak itu. Selanjutnya tiga puluh tiga hari lamanya perempuan itu harus tinggal menantikan pentahiran dari darah nifas, tidak boleh ia kena kepada sesuatu apa pun yang kudus dan tidak boleh ia masuk ke tempat kudus, sampai sudah genap hari-hari pentahirannya. Tetapi jikalau ia melahirkan anak perempuan, maka najislah ia selama dua minggu, sama seperti pada waktu ia bercemar kain; selanjutnya enam puluh enam hari lamanya ia harus tinggal menantikan pentahiran dari darah nifas. Bila sudah genap hari-hari pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan haruslah dibawanya seekor domba berumur setahun sebagai korban bakaran dan seekor anak burung merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan menyerahkannya kepada imam. Imam itu harus mempersembahkannya ke hadapan TUHAN dan mengadakan pendamaian bagi perempuan itu. Demikianlah perempuan itu ditahirkan dari leleran darahnya. Itulah hukum tentang perempuan yang melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan.” (Imamat 12: 2-7). Meskipun yang satu maupun yang lain tidak diperlukan, namun Pemberi Hukum bagaimanapun juga tidak ingin melanggar Hukum-Nya sendiri yang telah Dia berikan melalui Musa, hamba dan nabi-Nya. Pada saat itu, Imam Besar Zakhariah, ayah dari Yohanes Pembaptis, sedang bertugas di Bait Suci [“waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan.” St. Lukas 1: 8]. Zakhariah menempatkan Sang Perawan, bukan di area Bait Suci yang diperuntukkan bagi wanita melainkan di area yang diperuntukkan bagi para perawan. Pada kesempatan ini, dua orang yang tidak biasa muncul di Bait Suci: Tetua Simeon dan Hanna, putri Phanuel. Simeon yang saleh menggendong Mesias dan berkata: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu.” (St. Luke 2: 29-30). Simeon juga mengucapkan kata-kata berikut tentang anak-Kristus: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel” (St. Lukas 2:34). Kemudian Hanna, yang sejak masa mudanya melayani Allah di Bait Suci dengan berpuasa dan berdoa, mengenali Mesias dan memuliakan Tuhan dan menyatakan kepada penduduk Yerusalem tentang kedatangan Dia yang telah lama ditunggu. Orang-orang Farisi yang hadir di Bait Suci, yang telah melihat dan mendengar semuanya, menjadi marah kepada Zakhariah karena dia menempatkan Perawan Maria di area yang disediakan untuk para perawan dan melaporkan hal ini kepada Raja Herodes. Yakin bahwa inilah raja baru yang dibicarakan oleh orang Majus dari timur, Herodes segera mengirim tentaranya untuk membunuh Yesus. Sementara itu Keluarga Kudus telah meninggalkan kota dan berangkat ke Mesir di bawah bimbingan seorang malaikat Allah. Pesta Pernyerahan Tuhan kita di Bait Suci sudah dirayakan sejak masa paling awal tetapi perayaan khusyuk hari ini ditetapkan pada tahun 544 M pada masa pemerintahan Kaisar Justinian.

Scroll to Top