SIKAP BATIN SAAT MEMBERI JAWAB
(BAS)

Dalam memberi jawab tentang iman kita, yang dalam dunia teologi disebut apologetika, ada dua bentuk apologetika yang didasarkan pada kesiapan batin.

  1. Batin yang tidak terkendali hanya akan menghasilkan bentuk apologetika yang sifatnya destruktif (menghancurkan) sekalipun ia hafal Alkitab dan fasih teologi orthodox.
  2. Batin yang terkendalikan, dengan ditopang pemahaman teologi yang baik pula, akan menghasilkan bentuk apologetika yang sifatnya konstruktif (membangun) dan terapis (menyembuhkan).

Dalam pemahaman teologi, ada suatu grafik yang dapat diamati seksama, yaitu grafik hubungan antara tingkat kepercayaan diri (tegak berdiri) dan pengetahuan (garis mendatar ke kanan). Semakin ke atas dan ke kanan, maka tingkat kepercayaan diri dan pengetahuan semakin tinggi pula.

Para apologet destruktif (termasuk kaum polemik) itu ada di lingkaran merah. Ilmunya dangkal bahkan tidak ada tapi dia over confidence (terlalu percaya diri). Demikian juga mereka yang baru pindah agama/keyakinan yang hanya belajar ajaran iman tanpa kerohanian yang berimbang juga sangat rentan masuk ke dalam golongan ini.

Dalam keadaan ini, ketika dia tetap mempertahankan kebanggaan dan harga dirinya, merasa ia berilmu padahal ilmunya dangkal bahkan tidak ada, dia akan selamanya berada di “peak of mount stupid” (puncak gunung kebodohan). Akan tetapi ketika ia mau merendahkan hatinya, sekalipun ia harus mengalami fase “valley of despair” (lembah keputus-asaan) maka ia akan perlahan memperoleh pengetahuan yang jauh lebih luas dan bersamaan dengan itu kepercayaan dirinya juga naik. Kepercayaan diri yang timbul setelah fase “valley of despair” ini adalah real confidence (kepercayaan diri yang sejati) dan bukan fake confidence (kepercayaan diri palsu) seperti saat masih berada di “peak of mount stupid” tadi.

Scroll to Top